Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Perkembangan Filsafat Timur

 


Filsafat adalah studi tentang sifat umum dan sifat dasar dari realitas, eksistensi, pengetahuan, nilai-nilai, alasan, pikiran dan bahasa. Filsafat berasal dari kata philosophia (Yunani) yang secara harfiah berarti “cinta kebijaksanaan” atau teman kebijaksanaan. Filsafat merupakan ilmu yang sangat tua. Filsafat yang terlacak terus berkembang mulai dari abad enam sebelum masehi hingga saat ini.

Di Benua Asia, filsafat juga berkembang pesat bahkan sejak sebelum masehi. Filsafat di Asia dikenal dengan sebutan filsafat timur. Filsafat timur ini mencakup filsafat Cina, filsafat India, filsafat Jepang, filsafat Babilonia, filsafat Yahudi, filsafat Persia, filsafat Islam dan masih banyak lagi. Secara umum filsafat timur yang terkenal adalah “empat tradisi besar” yaitu Hinduisme, Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme.

Ciri filsafat timur yang paling dominan adalah terdapat campuran unsur agama di dalamnya sehingga banyak ahli berdebat mengenai dapat atau tidaknya pemikiran ini disebut filsafat. Filsafat-filsafat timur inilah yang akan kami bahas dalam makalah ini, khususnya awal mula munculnya filsafat di berbagai tempat di Asia.

Definisi Filsafat Timur

Filsafat timur merujuk pada berbagai filsafat yang berkembang di Asia Timur dan Asia Selatan. Secara garis besar, istilah ini juga mencakup filsafat Babilonia, filsafat Yahudi, filsafat Persia dan filsafat Islam meskipun ini juga dapat dikatakan filsafat barat. Masing-masing jenis filsafat ini merupakan pemikiran yang luas dan plural. Seperti halnya filsafat India terbagi menjadi filsafat Hindu dan filsafat Buddhisme.

Ciri yang paling mencolok pada filsafat timur (terutama pada filsafat-filsafat awal) adalah sifatnya yang religius dan memuat unsur mistis. Hal tersebut tidak lepas dari peran agama-agama yang lahir di kawasan Asia. Bagi filsuf barat, filsafat timur dikatakan tidak lebih sebagai budaya barat lama karena unsur mistisnya. Bahkan Martin Heidegger, filsuf Jerman mengatakan bahwa hanya bahasa Yunani dan Jerman saja yang cocok untuk berfilosofi.

Di Asia Timur, banyak filsafat yang berkembang. Filsafat Cina berkembang di daratan Cina, filsafat Korea berkembang di Korea dan filsafat Jepang berkembang di Jepang. Filsafat Cina adalah filsafat tertua dari filsafat lain di Asia Timur. Di Asia Tenggara filosofi Vietnam merupakan yang tertua, namun filosofi ini merupakan hasil dari pengaruh konfusianisme sejak dominasi pertama Cina di Vietnam pada tahun 111 sebelum masehi (John R. Jones, 1994:29). Untuk filosofi di Asia Tenggara, kami membahas filosofi yang berkembang di Indonesia karena alasan kedekatan emosional.

Filsafat di Asia Selatan didominasi oleh filsafat India. Filsafat India sendiri berkisar pada filsafat Hindu dan filsafat Buddhisme. Dua filsafat inilah yang memiliki pengaruh besar di India dan menyebar ke wilayah sekitar India. Filsafat di Asia Barat berkembang pesat karena peran agama-agama yang lahir di daerah ini. Filsafat-filsafat tersebut antara lain filsafat Persia atau Iran, filsafat Yahudi dan filsafat Islam. Filsafat yang tertua adalah filsafat Persia.

Perkembangan Awal Filsafat di Asia Timur

Filsafat besar di Asia Timur berkisar pada filsafat Korea, filsafat Jepang dan filsafat Cina. Filsafat Korea awal dipengaruhi oleh filsafat Buddhisme dan filsafat Konfusianisme. Filsafat Jepang juga sama dengan filsafat Korea namun pada perkembangannya ada filsafat Kokugaku dan Rangaku.

Filsafat awal yang berkembang adalah filsafat Cina yang memberi pengaruh pada filsafat-filsafat lain. Filsafat awal Cina berkembang mulai era yang disebut era “Seratus Aliran Pemikiran”. Elemen dari filosofi Cina sebenarnya telah ada sebelum era tersebut, namun bukti tertulis kebanyakan bersumber dari buku ramalan kuno, Yi Jing (Buku Kehidupan) yang bertanggal sekitar 672 sebelum masehi. Konfusianisme adalah filsafat tertua di Cina.

Konfusianisme yang juga dikenal dengan Ruisme adalah ajaran tentang etika, sosial dan politik yang terkadang digambarkan sebagai agama. Filsafat ini dikembangkan oleh Konfusius (551-479 S.M.). Pada dinasti Han, filsafat ini dijadikan ideologi resmi. Konfusius adalah seorang pengajar, politisi dan filsuf pada “Periode Musim Semi dan Musim Gugur”. Ia lahir pada tanggal 28 September 551 S.M. Ia meninggal pada tahun 479 S.M. di umur antara 71 dan 72.

Dalam beberapa abad, Konfusianisme mengalami dinamika. Kemunduran dinasti Han yang terjadi sekitar abad dua masehi adalah penyebab kemunduran Konfusianisme sehingga filsafat Buddhisme dan Taoisme bisa mengikis Konfusianisme. Pada masa akhir dinasti Tang sekitar abad tujuh sampai sepuluh masehi, Konfusianisme mulai bangkit sebagai tanggapan terhadap Buddhisme dan Taoisme yang dirumuskan kembali dalam bentuk neo-Konfusianisme. Selanjutnya filsafat ini dijadikan sebagai ujian kekaisaran dan filsafat inti di sekolah sarjana resmi pada masa dinasti Song (960-1297 S.M.). Penghapusan sistem ujian kekaisaran pada tahun 1905 adalah akhir dari Konfusianisme resmi. Budaya intelektual Cina pada awal abad dua puluhan menyatakan Konfusianisme adalah kelemahan Cina.

Inti dari filsafat Konfusianisme adalah kemanusiaan. Fokus Konfusianisme bertumpu pada keyakinan bahwa manusia pada dasarnya baik, bisa diajari, bisa memperbaiki diri dan bisa disempurnakan melalui usaha pribadi maupun dengan usaha kelompok. Konsep etika dasar dan praktek dari Konfusianisme adalah ren, yi, li, and zhi. Ren (kemanusiaan) adalah inti dari manusia yang berbentuk kasih sayang dan bentuk kebajikan dari surga. Yi adalah penegakan kebenaran dan watak moral untuk berbuat kebaikan. Li adalah sistem norma ritual dan kepatutan yang menentukan bagaimana seseorang harus bertindak sehari-hari menurut hukum surga. Zhi adalah kemampuan untuk melihat yang benar dan yang adil atau sebaliknya dalam perilaku yang ditunjukkan oleh orang lain. 

Perkembangan Awal Filsafat di Indonesia

Filsafat Indonesia adalah sebutan umum untuk tradisi spekulasi abstrak yang dimiliki oleh orang-orang Indonesia. Istilah filsafat Indonesia berasal dari judul buku M. Nasroen yang melihat kebudayaan Indonesia banyak mengandung unsur filsafat. Filsafat ini diekspresikan dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang terdiri dari banyak ajaran dan pemikiran. Pada perkembangannya, terjadi percampuran antara filosofi adat lokal, filosofi timur dan filosofi barat.

Secara garis besar, ada tujuh ajaran pemikiran yang berkembang di Indonesia. Ajaran-ajaran tersebut kebanyakan adalah pengaruh dari ajaran atau filsafat yang datang dari luar Indonesia seperti India, Cina dan barat. Ajaran etnis atau lokal adalah filsafat asli Indonesia.

Ajaran ini mengambil filosofi etnis Indonesia sebagai sumber inspirasi. Inspirasi ini bisa berasal dari mitologi, legenda, cerita rakyat, cara suatu etnis membangun rumah, upacara adat, pakaian dan banyak lagi. Secara garis besar filosofi etnis diambil dari adat, mitos asal, pantun dan pepatah.

Adat memiliki peranan penting karena menjadi inspirasi utama para filsuf etnik. Adat adalah warisan intelektual dari suatu etnis. Nenek moyang mewariskan adat pada keturunannya untuk dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya. Masyarakat Indonesia percaya bahwa adat bukanlah ciptaan manusia, namun berasal dari roh-roh dan kekuatan gaib yang berkuasa di masyarakat. Berdasarkan adat, masyarakat menentukan kapan padi akan disemai, kapan pernikahan akan digelar, kapan rumah akan dibangun dan banyak lagi. Adat adalah ekspresi sosial agama masyarakat lokal yang berasal dari ketidak-jelasan masa lalu yang ditetapkan oleh nenek moyang dan bagi masyarakat Indonesia, nenek moyang dianggap orang yang terhormat, suci, kuat dan bijaksana.

Warisan intelektual lainnya adalah mitos asal. Mitos asal ini adalah cerita tentang penciptaan, baik penciptaan alam semesta, terbentuknya suatu daerah dan asal mula makhluk hidup. Mitos ini digunakan sebagai tuntunan untuk melakukan atau menghindari sesuatu seperti halnya adat.

Pantun adalah jenis asli puisi Indonesia. Pantun terdiri dari empat baris yang terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama disebut sampiran yang berisi analogi untuk isi yang terdapat pada bagian kedua. Hal ini melambangkan makrokosmos dan mikrokosmos di masa lalu. Sampiran dan isi harus memiliki korespondensi logis, karena keduanya merupakan symbol keharmonisan alam dan manusia. Selanjutnya adalah pepatah. Pepatah adalah bagian dari adat dalam bentuk perkataan yang isinya bimbingan kepada setiap kelompok etnis agar memperlakukan orang lain dengan baik. Nenek moyang terinspirasi membuat pepatah dari kekuatan gaib dan roh.

Perkembangan Awal Filsafat Asia Selatan

Filsafat India (selanjutnya disebut filsafat Hindu) dalam bahasa Sanskerta disebut darsana. Ajaran utama dari filsafat India diformalkan sejak seribu tahun sebelum masehi. Menurut filsuf Sarvepalli Radhakrishnan, pada masa tersebut yang merupakan masa Upanishad pada periode Weda adalah masa “komposisi filosofis paling awal di dunia”. Filsafat Hindu adalah meliputi enam sistem utama yang disebut saddarsana, yaitu Samkhya, Yoga, Nyaya, Waisesika, Mimamsa dan Vedanta.

Samkhya adalah yang tertua dari sistem filsafat ortodoks dalam agama Hindu. Ia adalah ajaran tentang rasionalitas dalam filsafat Hindu yang berasal dari tiga ajaran dari enam Pramana sebagai cara-cara untuk mendapatkan pengetahuan. Tiga cara itu adalah Pratyaksa (persepsi), Anumana (inferensi) dan Apatavacana (sumber terpercaya).

Yoga berarti penyatuan dan bermakna penyatuan dengan alam. Yoga menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa dimana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indra dan tubuhnya secara keseluruhan. Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali, dan merupakan ajaran yang sangat populer di kalangan umat Hindu. Ajaran Yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Weda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu dengan roh universal. Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran.

Mimamsa dalam bahasa Sanskerta berarti refleksi atau penyelidikan kritis. Ajaran ini dikenal karena teori-teori tentang sifat Dharma. Selanjutnya adalah Nyaya yang secara harfiah berarti aturan atau metode. Ajarannya memiliki kontribusi pada perkembangan sistematis dalam teori logika, metodologi dan risalah pada epistimologi. Waisesika awalnya dalah filosofi independen namun pada perkembangannya ia serupa dengan Nyaya.

Perkembangan Awal Filsafat Asia Barat

Filosofi tertua di Asia Barat adalah filosofi Iran atau dikenal dengan filosofi Persia. Filosofi Persia sendiri ada berbagai macam, namun yang paling tua adalah Zoroasterianisme. Ajaran ini muncul di beberapa daerah di Persia sekitar 1800 sampai 1700 S.M. Ajaran Zoroaster dibawa oleh Nabi Persia yang bernama Zarathustra yang hidup sekitar 1100-550 S.M. Ia dikenal sebagai orang yang bijaksana, penyihir dan orang yang memiliki mukjizat.

Ajaran kebijaksanaan Zoroaster menjadi cikal bakal agama Zoroaster. Filsafat ini adalah yang pertama menerapkan konsep masalah yang disebut kejahatan dalam filsafat. Zoroaster juga diyakini sebagai agama monoteis tertua di dunia. Filsafat ini didasari dengan ajaran pemikiran yang baik, kata-kata yang baik dan perbuatan yang baik. Filsafat Zoroaster memiliki pengaruh yang besar terhadap filsafat Yunani dan Filsafat Romawi. Beberapa penulis Yunani kuno seperti Eudoxus dan Cnidus serta penulis Latin seperti Pliny the Elder memuji filsafat Zoroaster sebagai yang paling terkenal dan paling berguna. Plato belajar filsafat Zoroaster dari Eudoxus dan memasukkannya ke dalam ajaran “realisme”nya.

Sumber:

Teichmann. 1999. A Beginner’s Guide. New Jersey : Blackwell Publishing.

Leaman, Oliver. 2000. Eastern Philosophy: Key Readings. London: Routledge.

Augstein, Rudolf. 1981. Der Spiegel. New Jersey: Transaction Publisher.

Jones, John R. 1994. Confucianism. Diakses pada 18.20, 3 Maret 2016 dalam https://en.wikipedia.org/wiki/Vietnamese_philosophy.

Ebrey, Patricia. 2010. The Cambridge Illustrated History of China. Cambridge: Cambridge University Press.

Yang, Fenggang. 2011. Confucianism and Spiritual Traditions in Modern China and Beyond. Leiden: BRILL.

Alisjahbana, S. Takdir. 1977. Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Ditinjau dari Jurusan Nilai-Nilai. Jakarta: Yayasan Idayu.

Sumardjo, Jakob. 2003. Mencari Sukma Indonesia. Yogyakarta: AK Group.

Nasroen, M. 1967. Falsafah Indonesia. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.

Deutsche Eliott. 2000. Philosophy of Religion: Indian Philosophy Vol. 4. Abingdon: Routledge.

Whitley, C.F. 1957. The Date and Teaching of Zarathustra. Leiden: BRILL.

Nock, A.D. 1929. Studien zum antiken Synkretismus aus Iran und Griechenland. Diakses pada 18.20, 3 Maret 2016 dalam https://en.wikipedia.org/wiki/Vietnamese_philosophy.

Posting Komentar untuk "Sejarah Perkembangan Filsafat Timur"