Operasi Bagration 1944: Misi Pembumi Hangusan Pasukan Jerman Oleh Tentara Merah Uni Soviet
Tahun 1943 merupakan sebuah titik balik jalannya Perang
Dunia II di mana Jerman tidak mampu melakukan offensive berkelanjutan dan
berbalik ke arah defensif. Kegagalan di Stalingrad adalah awal mula bencana
bagi militer Jerman dengan hancurnya Army ke-6 Jerman di bawah pimpinan Walther
Von Richenau. Setelah kegagalan Jerman tersebut, kini Uni Soviet memegang
jalannya pertempuran dengan melakukan offensif terhadap Jerman, sedangkan
Jerman harus menahan serangan tersebut yang berlangsung dari tahun 1943 hingga
runtuhnya Nazi Jerman tahun 1945.
Jerman melakukan berbagai upaya berupa operasi defensif
untuk menahan serangan Uni Soviet. Salah satu operasi defensif Jerman yang
sangat penting dan menentukan dalam rangka menahan serangan offensif Uni Soviet
yaitu terjadi pada tahun 1944 saat Uni Soviet melakukan operasi offensif
Bagration atau Belorussian Strategic Offensive Operation. Jerman menderita
kekalahan dengan hancurnya 28 dari 34 divisi tempur Jerman Group Army Centre
yang terdiri dari Army Ke-9, Army ke-4, Army ke-2 dan Panzer Korps ke-3. Kekalahan Jerman tersebut berbuah kemenangan besar bagi Uni
Soviet dengan tercapainya objektif di antaranya merebut kembali wilayah Uni
Soviet dari tangan Jerman seperti Belorussia, Ukraina, wilayah Baltic dan
Polandia.
Operasi Militer Bumi Hangus Pasukan Jerman
Operasi Bagration merupakan operasi offensif Uni Soviet yang berlangsung pada tanggal 23 Juni 1944. Offensif dimulai ketika pasukan Uni Soviet menyerang Group Army Centre di Belorussia yang bertujuan untuk mengepung dan menghancurkan komponen utamanya. Di atas kertas Uni Soviet unggul dalam hal apapun, total kekuatan Uni Soviet adalah 2.500.000 tentara, 6.000 tank dan kendaraan tempur lapis baja, 45.000 meriam, peluncur rocket (Katyusha) dan mortar serta 8.000 pesawat tempur.
Tank Panther dalam medan pertempuran
Sumber: warhistoryonline
Serangan balik yang dilancarkan pasukan Jerman di wilayah Baltic
Sumber: warhistoryonline
Senjata Makan Tuan: STRATEGI BLITZKRIEG
Pasukan Uni Soviet berhasil menerapkan strategi yang sama seperti yang digunakan Jerman berupa metode pertempuran penetrasi mendalam, hampir mirip dengan konsep Blitzkrieg. Selain hal tersebut Uni Soviet juga menerapkan strategic of deception/Maskirovska dalam Bahasa Russia atau (tipuan) untuk mengecoh pihak Jerman. Uni Soviet untuk pertama kalinya secara penuh menerapkan stategi tersebut meskipun dibayar dengan kerugian besar yang berkelanjutan.
Infantri Soviet bergerak beriringan bersama Tank T-34
Sumber: warhistoryonline
Operasi
Bagration berupaya untuk mengalihkan supplai Jerman ke sektor-sektor pusat
dengan memaksa Jerman untuk memindahkan pasukannya dari daerah Lublin-Brest dan
Lvov-Sandomierz. Hal tersebut dilakukan agar Uni Soviet dapat melakukan
Serangan ke arah Lvov-Sandomierz dan serangan ke Lublin-Brest sekaligus
menghancurkan sisa-sisa pasukan Jerman di wilayah tersebut. Dengan demikian hal
tersebut memungkinkan pasukan Uni Soviet untuk mencapai sungai Vistula dan
Warsawa, yang pada gilirannya menempatkan pasukan Uni Soviet dalam jarak serang
ke Berlin.
Rombongan Tank T-34 bergerak menuju ke barat Soviet
Sumber: warhistoryonline
Medan tempur Minsk Belorussia menjadi pertempuran yang paling sengit dan berdarah selama operasi Bagration berlangsung. Pasukan Jerman berjuang habis-habisan menahan serangan Uni Soviet yang berakhir dengan hancurnya seluruh pasukan Jerman tersebut. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 26 Juni, tiga hari setelah serangan utama dimulai, bala bantuan Poros pertama, Divisi Korps Panzer ke-5 tiba dari Ukraina untuk menutup celah antara Panzer ke-3 dan Army ke-4. Dengan 70 tank Panther dan 29 Tiger, Panzer ke-5 dikirim untuk mempertahankan garis di timur Sungai Berezina sampai Army ke-4 yang mundur dapat membangun garis pertahanan yang tepat.
Serbuan Tentara Merah Uni Soviet
Sumber: warhistoryonline
Segera setelah itu, Army ke-4 mengalami pemandangan yang mengingatkan pada kampanye Napoleon pada tahun 1812 di mana massa pasukan Jerman yang mundur dari timur terpaksa meninggalkan alat berat mereka di sisi timur Berezina dan melarikan diri ke barat dengan kekacauan, melintasi jembatan kecil yang penuh sesak di bawah tembakan.
Pukulan Terakhir Tentara Soviet Terhadap Pasukan Jerman
Pasukan Uni Soviet melakukan pengejaran terhadap sisa-sisa pasukan Jerman ke barat menuju Bobruisk yaitu titik perlintasan kritis di Berezina yang mengancam akan memotong unit Jerman yang bertempur di sisi timur sungai. Pada waktu tentara ketiga Pasukan Uni Soviet bergerak menuju Bobruisk, pasukan Jerman harus mematuhi perintah "dilarang mundur" dari Hitler, ia menolak untuk mengizinkan infantrinya menyeberang. Ketika Korps Tank IX Soviet dan Korps Tank Pengawal I merebut Bobruisk dan penyeberangan utama di Berezina, beberapa divisi infanteri Jerman terjebak di sisi timur. Pasukan Uni Soviet memanfaatkan runtuhnya perlawanan Jerman di sektor ini dengan kavaleri dan korps mekanis, membunuh atau menangkap ribuan orang tentara Jerman.
Sisa-sisa kendaraan tempur Jerman yang telah ditinggalkan awaknya karena telah dihancurkan oleh Soviet di Brobuirsk, Belarusia
Sumber: warhistoryonline
Saat Soviet membanjiri perbatasan Belorusia, Hitler dan OKH sangat lambat dalam merespon bahaya yang dihadapi Army Group Centre. Pada tanggal 26 Juni, utusan Jenderal Army ke-9 terbang ke markas besar Hitler untuk meyakinkan Führer agar mengalah pada kebijakan larangan mundur yang kemungkinan besar dapat menghancurkan suatu divisi pasukan pada satu waktu. Hitler tidak menyetujui rencana tersebut dan sebagai gantinya Hitler memecat pimpinan Army ke-9 dan menggantinya dengan jenderal baru yang bernama Feldmarschal Walther Model komandan grup Angkatan Darat Jerman divisi Ukraina Utara yang sangat dipercayai Hitler.
Puing-puing konvoi pasukan Jerman yang telah dihancurkan
Sumber: warhistoryonline
Pada akhir Juni, Model tiba di Minsk dan segera menemukan kondisi yang sangat rentan di mana pasukan Uni Soviet di seberang Berezina hanya berjarak delapan mil dari markas barunya ditambah dengan situasi Army Group Centre tanpa cadangan tersisa untuk menyerang balik. Kota Borisov, titik penyeberangan Berezina untuk jalan raya Moskow-Minsk, jatuh sehari setelah kedatangan Model, dan sekitar 40.000 orang Jerman terperangkap di timur Bobruisk.
Kurangnya kekuatan udara Jerman membuat konvoi suplai menjadi rentan akan serangan udara. Contoh Poto serangan pesawat tempur Soviet ke unit suplai Jerman
Sumber: warhistoryonline
Artileri Soviet dan Angkatan Udara Merah mengubah kantong Jerman sepanjang 15 mil di timur Berezina menjadi kandang jagal, dan sekitar 10.000 tentara tewas dan 6.000 lainnya ditangkap. Banyak dari mereka yang lolos dari pembantaian di timur sungai terjebak untuk kedua kalinya di Bobruisk ketika dua korps tank menutup di sekitar kota dan menangkapnya pada tanggal 29 Juni, yang secara efektif menghancurkan Angkatan Darat Kesembilan.
Tank-tank Jerman hancur di wilayah Belarusia
Sumber: warhistoryonline
Pasukan Uni Soviet melanjutkan pengejarannya ke barat laut menuju Minsk untuk menjebak Army ke-4 Model yang mundur bersama dengan sisa-sisa Army ke-9 yang melarikan diri dari kantung pertahanan di Bobruisk. Sementara itu lebih jauh ke utara, Divisi Panzer ke-5 Model di jalan raya Moskow bersiap menghadapi serangan dua front Belorusia yang bertemu, pasukan Uni Soviet pimpinan Rokossovsky pertama dan pimpinan Chernyakhovsky ketiga hasil dari Penolakan Hitler untuk mengizinkan penarikan mundur pasukan secara berangsur-angsur.
Self-propelled Gun Jerman yang telah dihancurkan dalam pertempuran
Sumber: warhistoryonline
Satu-satunya bala bantuan yang tersedia di Minsk adalah orang-orang tersesat yang telah ditarik untuk bergabung di front depan. Mereka sebagian besar tidak bersenjata, tidak terorganisir, telah kehilangan semangat dan moral bertempur.
Kesalahan Fatal Pihak Jerman
Kekalahan besar Jerman dalam offensif Uni Soviet tersebut bukan hanya semata karena kalah jumlah personel dan pasokan, akan tetapi juga karena beberapa faktor lain. Faktor tersebut di antaranya adalah: Jerman bertempur seperti tanpa strategi, mereka bertempur secara defensif menggunakan taktik bertahan seadanya.
Metode bertahan kompleks dengan mengandalkan serangan
balik sangat mustahil dilakukan karena Jerman sama sekali tidak memiliki
pasukan cadangan. Jerman juga tidak mampu membangun pertahanan berlapis karena
pasukan mereka telah dialokasikan untuk menahan serangan demi serangan yang
dilancarkan oleh Uni Soviet di barisan depan.
Selain hal tersebut, intelejen Jerman juga salah memprediksi di mana Uni Soviet akan meluncurkan sebuah serangan massal dan gagal memprediksi seberapa besar kekuatan tempur Uni Soviet. Pihak Uni Soviet berhasil mengelabuhi Jerman berkat kerja intelejen sekutu yang telah memprediksi arah gerak kekuatan Jerman. Jerman memprediksi bahwa titik serang Uni Soviet dilakukan dari wilayah Rumania, Hungaria dan Slovakia ke arah Balkan karena wilayah tersebut merupakan basis militer Uni Soviet.
Sedangkan pada
hasilnya serangan Uni Soviet justru berasal dari arah sebaliknya yaitu dari
Belorussia menuju ke Warsawa. Kesalahan prediksi tersebut menyebabkan Jerman
kesulitan mengkoordinasi pasukan dan harus mengarahkan pasukan lainnya yang
berada di wilayah lain ke titik serangan Uni Soviet.
Keputusan Hitler dalam hal ini juga berakibat fatal bagi seluruh pasukan Wehrmacht atau angkatan darat Jerman. Keputusan Hitler tersebut berupa Doktrin “Standfast” atau menolak mundur yang ia ciptakan sendiri setelah pasukan Jerman terhenti di gerbang Moskow tahun 1941-1942. Pasukan Jerman terancam oleh serangan balasan Uni Soviet yang terjadi secara berangsur-angsur tanpa henti pada berlangsungnya musim dingin.
Hitler melarang seluruh Jenderalnya
untuk mundur dan memerintahkan kepada seluruh pasukan Jerman untuk teguh
bertahan di Front Timur. Kebijakan Hitler tersebut merupakan
hasil dari insting pribadinya, ia merasa bahwa pemikirannya adalah yang
superior serta mengabaikan pendapat kolektif dari kalangan jenderal-jenderal
Jerman. Singkatnya adalah, keegoisan Hitler telah menggantikan sebuah strategi
yang lebih masuk akal. Hal tersebut akhirnya berakibat pada hancurnya seluruh
pasukannya di Front Timur.
Masalah lain bagi Jerman yaitu, sebagian besar supplai di Front Timur sebagian besar diangkut dengan gerobak yang ditarik dengan kuda. Masa-masa suram Jerman pada tahun-tahun menjelang berakhirnya Perang Dunia II membuat produksi truk-truk pengangkut supplai dihentikan dan anggarannya dialihkan untuk memproduksi tank. Minimnya persediaan bahan bakar juga menjadi alasan Jerman lebih memilih tenaga hewan dalam hal pengangkutan supplai di masa-masa akhir perang.
Sedangkan Uni Soviet secara leluasa disupplai oleh
truk-truk tipe Studebreaker dengan berat 2,5 ton yang diproduksi di seluruh
penjuru jantung-jantung kapitalis Uni Soviet dan sekutunya. Hal tersebut
diperburuk dengan lemahnya Jerman dalam hal kekuatan udara. Luftwaffe angkatan
udara Jerman bertempur dengan susah payah melawan pesawat tempur Uni Soviet
dengan ratio perbandingan 10:1.
Sumber:
Zaloga, Stephen. 1996. Bagration: Destruction Of Army Group
Centre 1944. Osprey Publishing
Niepold, Gerd. 1987. Battle For White Russia: Destruction of
Army Group Centre June 1944. Translated by Simpkin, R. London: Brassey’s
Citino, Robert. 2017. The Wehrmacht Last Stand: The German
Campaign 1944-1945. Kansas: University Press Kansas
Glantz, David dan House, Jonathan. 1995. When Titan Clashed:
How The Red Army Stopped Hitler. Kansas: University Press of Kansas
Posting Komentar untuk "Operasi Bagration 1944: Misi Pembumi Hangusan Pasukan Jerman Oleh Tentara Merah Uni Soviet"