Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Telah Sampai



Sudah sekian lama sejak ia tak lagi mengunjunginya. Matanya sayu dan entah apa yang ia pikirkan saat itu. Minggu lalu ia masih bersama dengannya, tak ada yang berbeda, sepertinya mereka cukup bahagia.

Ia menunggu pesan darinya, namun tak ada balas. Lalu ia putuskan untuk berkunjung ke rumahnya, tetapi ia pun masih tak bisa menemuinya. Berbagai upaya telah ia upayakan, namun berakhir sama saja.

Tak pernah ia terlihat sesuram itu sebelumnya. Sungguh, ia tak menginginkan apa-apa. Hanya satu kalimat pesan darinya pun sudah cukup untuk melipur lara. Ia terisak dalam tangis sembari bertanya-tanya, kesalahan apa yang sebenarnya telah ia lakukan padanya?

----

Aku menutup jendela dan segera merapikan tempat tidurku. Malam ini begitu dingin kurasa. Aku terdiam beberapa saat sambil menatap langit-langit kamar. Seakan tak bisa berkompromi, otakku terus saja memutar memori-memori tentang itu.

Aku bergumam dalam hati . .
"
Apakah aku benar-benar akan melakukannya?".
seluruh kehampaanku selama ini sepertinya telah bermuara dalam kalimat itu.
Begitu pedih rasanya, namun entahlah, aku tak mampu menghindarinya.

Jujur saja, aku benci bercerita tentang ini. Aku benci seseorang tau akan hal ini. Berpura-pura adalah satu-satunya caraku bertahan selama ini. Kupikir sekarang adalah waktu yg tepat untuk mengakhiri semua ini.

Aku merobek pergelangan tanganku, dan segera kurasakan darah mengalir membasahi kemejaku. Aku menjatuhkan tubuhku ke lantai begitu saja, itu sangat sakit pikirku.

Aku membayangkan bilamana masih ada kesempatan bagiku, ku ingin membalas pesan yang kau kirimkan seminggu yang lalu. Jujur saja aku sangat ingin menemuimu ketika kau mengunjungi rumahku saat itu. Aku tak sanggup menahannya, air mataku jatuh membasahi pipi. Untuk terakhir kalinya, ku ingin mengatakan sesuatu padamu . .

"Terimakasih untuk seluruh waktumu. teruskan nafas hidupmu dan berbahagialah selagi ada waktu. Ku harap kau benar-benar merelakanku"

Jendelaku terbuka, aku membiarkan hembusan angin menusuk tulang-tulangku. Tubuhku semakin dingin, dan sepertinya aku mulai merasakan ketakutanku. Aku tak kuasa menahan ini lebih lama lagi. Kini waktuku telah benar-benar sampai.

Selamat Tinggal.

Posting Komentar untuk "Telah Sampai "