Review Buku: "MEIN KAMPF - Adolf Hitler"
Kisah Tekad Dan Keyakinan Akan Sebuah Ideologi Yang Mampu Mengubah Jalannya Sejarah - Review Buku: "Mein Kampf - Adolf Hitler"
Judul: Mein Kampf Penulis: Adolf Hitler Penerbit: Franz Eher Nachfolger GmbH Tahun Terbit: 1925 Halaman: 720 |
Hitler memanglah bajingan kelas kakap yang hingga saat ini pun masih masuk di dalam jajaran penjahat paling mematikan sepanjang sejarah. Namun saya berusaha semaksimal mungkin untuk subjektif tanpa bias dalam mengulas isi buku ini. Review buku ini semata-mata tidak dimaksudkan untuk melukai sentimen pihak manapun. Have a good read!
Disclaimer:
Meskipun
saya bukan seorang penggemar berat Hitler, tapi ketika melihat poster atau apapun yang menampilkan wajah
muram berkumis kotak itu membuat rasa penasaran saya berkecamuk. Entah mengapa
rasanya begitu menantang ketika membahas beliau. Saat melihat buku bergambar
Hitler di perpustakaan, akhirnya saya memutuskan untuk membaca buku Hitler yang
fenomenal berjudul “Mein Kampf”. Buku tersebut nampak sangat usang, sepertinya
tak tersentuh sama sekali di rak buku hingga saat ini.
Setahu
saya, Hitler adalah alasan dibalik jutaan nyawa melayang dalam dekade tahun
1940an. Sementara buku ini merupakan pengantar akan fenomena krisis kemanusiaan
tersebut. Banyak yang bilang bahwa Hitler adalah pengidap megalomaniac di mana
orang tersebut meyakini bahwa dirinya memiliki kekuatan dan kekuasaan yang
tidak hanya ditunjukkan melalui sifat sombong saja, melainkan bagian dari
gangguan kejiwaan. Ambisi itulah yang membuat Hitler mampu mempengaruhi rakyat
Jerman untuk melakukan hal-hal di luar nalar bersama Partai Nazinya.
“Mein
Kampf” yang artinya Perjuanganku adalah kisah kehidupan Hitler termasuk pula
aspirasinya, proses pemikirannya dan apapun yang dialaminya persis seperti yang
diceritakan dalam buku tersebut. Hitler membagi buku ini menjadi dua volume,
Volume 1: The Reckoning dan Volume 2: National Socialist Movement.
Volume
1: The Reckoning
Volume
ini kurang lebih menceritakan bagaimana tepatnya benih-benih "Gerakan
Nasional Sosialis" tertanam di kepalanya yang tentunya ia dapatkan setelah
mengalami berbagai gejolak pemikiran atas dirinya sendiri. Hal ini sangat jelas
terlihat dari kalimat dalam bukunya seperti yang dinyatakan oleh Hitler;
"Ketika Dewi Penderitaan membawaku dalam dekapannya, Ia pula yang sering
mengancam untuk menghancurkanku, maka di situlah keinginanku untuk melawan
tumbuh, dan pada akhirnya keinginan ini yang akan menang".
Dari
memoarnya itu Hitler menceritakan secara detail bagaimana seluruh penderitaan
itu mengubah dirinya dan ideologinya. Dalam hal ini penderitaan yang dimaksud
Hitler adalah ketika kondisi memaksanya mencari nafkah dengan bekerja sebagai
buruh harian dan sebagai pelukis.
Hitler
sering kelaparan, baginya mampu menjalani hidup satu hari adalah sebuah
anugerah yang patut disyukuri. Rasa syukur tersebut diwujudkan Hitler melalui
kegemarannya membaca buku. Berbagai macam buku ia serap serta ia pahami seluk
beluknya. Namun Hitler mengakui bahwa ada dua pehaman yang tak ia ketahui yaitu
Marxisme dan Ideologi Yahudi. Jika Hitler menamatkan kedua buku itu beserta
pemahamannya, maka 80% bisa dipastikan bahwa konflik global perang dunia tidak
akan terjadi.
Seiring
berjalannya waktu, wawasan dan pemahamannya akan ideologi membuatnya memiliki
gambaran tersendiri akan sejatinya bumi dan filosofinya. Naasnya, wawasan
ideologinya justru membuat Hitler terbelenggu dalam kesalahan berpikir terhadap ideologi Yahudi.
Inilah yang menciptakan benih-benih antisemitsme dalam tubuh Hitler yang kelak
akan menjadi sebuah bencana bagi umat manusia.
Volume
2: National Socialist Movement
Dalam
volume ini Hitler secara jelas meluapkan hasratnya yang berapi-api terhadap
keyakinan ideologinya. Hitler dengan semangat menguraikan rencananya untuk
menghapus seluruh agama Yahudi di Jerman. Ia tampaknya telah melakukan analisis
menyeluruh tentang ideologinya dan cara-cara untuk menerapkannya yaitu dengan
cara “Holocausts” atau genosida pembunuhan massal.
Rakyat
Jerman kala itu cenderung percaya bahwa Hitler adalah seorang patriot sejati
sehingga banyak yang menganggap ideologinya dapat dibenarkan. Secara teknis,
Hitler terlihat seperti orang suci jika dibandingkan dengan politisi saat ini.
Ia dipuja-puja bak Dewa! Buku ini adalah contoh klasik tentang bagaimana sebuah
propaganda politik harus dilakukan ketika seorang pemimpin mempunyai ambisi
yang besar. Selain itu, dalam volume dua hitler juga menulis sebagian besar cetak biru akan tindakan
militer untuk mencapai aspirasi politiknya.
Bagian
menarik terdapat pada halaman-halaman akhir buku dimana hal tersebut motif
kebengisan sejati Hitler. Dalam bukunya ia berkata “Segala bentuk persekusi
yang dilayangkan,m serta segala fitnah yang dilontarkan kepada gerakan dan para
pemimpinnya tak kan berdaya untuk sekedar melukainya. Kebenaran ideologinya,
kemurnian kehendaknya, dan pengorbanan dari para pendukungnya semakin
mempertegas gerakan ini akan bangkit lebih kuat dari sebelumnya”. Pola pikir
inilah yang menjadi pemebenarannya dalam membantai jutaan orang tak berdosa.
Buku
ini merupakan gambaran nyata tentang bagaimana tirani bekerja. Terlepas dari
semua itu, buku ini cocok untuk siapapun yang tidak memiliki tekad dan tidak
memiliki semangat juang. Tentunya bukan tekad seperti milik Hitler, tetapi
seseorang harus memperjuangkan tekad yang baik.
Setelah
membaca buku ini rasanya nurani saya terpecah menjadi dua kubu. Di satu sisi
saya sangat mengecam dan mengutuk tindakannya yang membawa bencana bagi umat
manusia. Di sisi lain seharusnya semua orang mempunyai tekad yang besar,
pendirian yang teguh akan keyakinannya layaknya Hitler tetapi dalam hal yang
baik. Semua itu dapat disaksikan melalui buku ini. Bagaimana seorang vegetarian
biasa tapi mampu mempengaruhi dunia, mengacaukan perdamaian dan membantai
jutaan manusia. Terdengar mustahil, tapi semua ini nyata.
Hitler
hanya ingin menjelaskan detail ideologinya kepada orang-orang untuk jadi
pembenarannya. Dengan hadirnya buku ini, ia berhasil melakukannya. Perdebatan
tentang ideologinya benar atau salah itu semua terserah perpektif pembaca. Akan
tetapi bagi pembaca yang waras ideologi Hitler ini jelas-jelas terlihat salah
dan sangat di luar nalar. Hitler sukses menghipnotis para pembaca, membuat
mereka terbuai dalam belenggu tirani ideologi yang mereka amini. Hingga
akhirnya sadar bahwa semakin dalam kita membaca, semakin pula memahami betapa
salahnya seorang Hitler. Itulah yang membuat buku ini menarik sekaligus menjadi
sebuah ironi
Catatan:
Ada
banyak tokoh dalam catatan sejarah yang bertanggungjawab atas pembantaian
manusia. Namun mengapa seolah Hitler saja yang tak pernah terlupakan di benak
kita? Maka anda harus membaca buku ini untuk mengetahui alasannya!
Akhir
kata: Buku ini masuk rekomendasi buku-buku yang harus dibaca sebelum anda mati!
Sekaligus contoh sempurna untuk menggambarkan kalimat “HOW TO BE, BUT HOW NOT
TO BE THAT”
Selamat
membaca!
Posting Komentar untuk "Review Buku: "MEIN KAMPF - Adolf Hitler" "