Review Buku: "The Mistress of Paris: The 19th-Century Courtesan Who Built an Empire on a Secret"
Pelacur Era Victoria Sebagai Simbol Feminisme Abad Ke-19 - Review Buku: "The Mistress of Paris: The 19th-Century Courtesan Who Built an Empire on a Secret"
Judul: The Mistress of Paris: The 19th-Century Courtesan Who Built an Empire on a Secret Penulis: Chaterine Hewitt Penerbit: St. Martin’s Press Tahun Terbit: Edisi ke-5, 2017 ISBN: 1250120667 Halaman: 368 |
Paris pada abad pertengahan hingga menjelang era viktoria merupakan kota besar bersejarah yang banyak menyimpan cerita kelam dibalik glamornya kota mode tersebut. Kota yang dipenuhi dengan gemerlap keglamoran duniawi ini merupakan tujuan utama bagi para kaum hedon. Paris terdiri dari berbagai macam kalangan elit seperti dinasti aristokrat raja-raja, pendeta terkemuka, filsuf, dan seniman. Namun menurut beberapa sejarawan, kalangan elit di Prancis kususnya di Kota Paris sangat relatif mengingat banyaknya elemen masyarakat di sana. Pedagang, pebisnis bahkan beberapa kalangan yang menyandang predikat negatif bisa saja menjadi kalangan elit di kota ini seperti halnya bandit, mafia bahkan pelacur.
Kisah Pelacur Yang Mampu Menguasai Tampuk Kekuasaan
Uniknya beberapa kalangan yang berpredikat negatif tersebut mempunyai cara berbeda bahkan menyimpang untuk melakukan social climbing agar kedudukan mereka dalam strata sosial setara dengan para aristokrat. Pelacur misalnya, pada abad pertengahan pelacuran diatur secara ketat mengingat pada era tersebut mayoritas Eropa mendapat pengaruh kuat dari Gereja-gereja di Eropa. Prostitusi amat subur sepanjang Abad Pertengahan, tapi para rohaniawan seakan menutup mata karena syarat akan nilai ekonomi yang begitu menggiurkan. Mereka berdalih apabila tidak ada prostitusi, maka kaum pria malah mencemari wanita baik-baik, atau bahkan menjurus kepada homoseksualitas.
Walaupun dapat diterima pada saat itu, undang-undang yang ada jelas-jelas memandang rendah pelacur sebagai sebuah profesi. Para pekerja seks komersial (PSK) diwajibkan memakai jenis pakaian tertentu yang dibedakan dari wanita lainnya, harus tinggal di kawasan tertentu dalam kota, dan tidak punya hak di depan hukum. Rumah-rumah bordil biasanya disamarkan sebagai wisma-wisma permandian atau toko kerajinan seperti rajutan. Seperti yang dijelaskan di atas Prostitusi dan para pelacur berbanding lurus secara bersamaan berkembang melewati rentetan zaman hingga sampailah pada era victoria di mana pengaruh Gereja di Eropa sudah tidak lagi dominan. Hal ini membuat pelacuran dan prostitusi tumbuh subur di Eropa kususnya Paris ibukota Prancis.
Pada era ini pelacur tidak lagi dianggap rendahan bahkan pelacur justru menempati kedudukan terhormat. Pelacur-pelacur tersebut memberikan pengaruh yang mendalam terhadap politik, seni, sumber inspirasi puisi, dan mode pakaian. Mereka datang dari kelas atas dan menengah. Mereka memilih profesi pelacur, karena waktu itu profesi ini menjadi satu-satunya jalan terbaik untuk meraih kekayaan dan gengsi sosial dalam masyarakat yang dikuasasi oleh kaum laki-laki. Mereka wanita terdidik dan mempunyai fungsi sosial yang besar, di saat kaum wanita dibatasi tinggal di rumah dan tidak diberi tempat dalam ruang publik.
Kelebihan Buku: Pembahasan Anti-mainstream
Paragraf-paragraf diatas merupakan inti dari bagian-bagian awal yang terdapat pada buku yang ditulis oleh Chaterine Hewitt dengan judul: The Mistress of Paris: The 19th-Century Courtesan Who Built an Empire on a Secret. Saat pembaca menelususri bagian-bagian awal dari buku ini, secara tidak langsung akan membuka wawasan baru. Pembaca mungkin sedikit meluangkan pikiranya untuk mengkaji ulang akan pandangan atau stigma individu terhadap profesi pelacur yang selalu dikonotasikan sebagai suatu hal yang buruk dan kotor.
Dalam buku ini juga memuat biografi dari pelacur terkenal di Paris pada era viktoria bernama Emilie Louise Dela Bigne dengan julukan Valtesse De La Bigne. Sosok Dela Bigne ini merupakan ikon mode di kota Paris terlepas dia adalah seorang pelacur. Dalam buku ini dituliskan tentang perjuangan Dela Bigne membuktikan kapasitasnya kepada dunia bahwa dia bisa membangun sebuah imperium kesuksesan dalam sebuah rahasia seperti judul buku ini. Dela Bigne mempunyai pengaruh besar dikalangan aristocrat Prancis, menguasai bisnis dan menjadi model terkemuka untuk sebuah model busana dengan profesi awalnya sebagai pelacur.
Mencengkeram Dunia Dengan Ranjang Di Balik Kamarnya
Sudah
jelas bahwa terlepas apapun profesi yang di emban, sebagai manusia kita
hendaknya memanusiakan sesama manusia. Janganlah menghujat suatu profesi jika
kalian bukan bagian darinya. Buku berjudul The
Mistress of Paris: The 19th-Century Courtesan Who Built an Empire on a Secret dan
Dela Bigne sebagai agen of change di dalamnya merupakan salah satu dari
banyaknya contoh konkrit untuk sekedar membuka pikiran kita seperti yang
dikatakan oleh Chaterine Hewitt “Dia
(Dela Bigne) sanggup mencengkeram dunia dengan sebuah ranjang dibilik kamarnya”.
Posting Komentar untuk "Review Buku: "The Mistress of Paris: The 19th-Century Courtesan Who Built an Empire on a Secret" "