Menakar Ketidakakuratan Tes Kepribadian MBTI
Tes kepribadian MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator
mungkin adalah tes kepribadian yang paling banyak digunakan di dunia. Sekitar 2 juta orang mengambil tes
ini setiap tahunnya, atas perintah departemen SDM perusahaan, perguruan tinggi,
dan bahkan lembaga pemerintah. Viralnya
istilah kepribadian ENFP, INFJ dan lain sebagainya di jagat twitter beberapa
waktu silam juga membuktikan bahwa pengaruh tes kepribadian ini benar-benar
signifikan. Orang-orang berbondong-ondong melabeli diri mereka dengan istilah
yang mungkin awam bagi beberapa kalangan. Perlu kita ketahui bahwa perusahaan
yang memproduksi dan memasarkan tes ini menghasilkan sekitar $20 juta setiap
tahunnya.
Dari ulasan singkat satu-satunya pertanyaan yang layak
diajukan adalah: “apakah tes kepribadian MBTI ini benar-benar akurat dan sesuai
kaidah ilmu-ilmu psikologi?”
"Tidak
ada bukti konkrit
di baliknya (Tes MBTI)"
ucap
Adam Grant, seorang psikolog organisasi di University of Pennsylvania yang
pernah menulis tentang kekurangan Myers-Briggs sebelumnya. "Karakteristik
yang diukur oleh tes ini hampir tidak memiliki keakuratan prediksi tentang seberapa
bahagia kita
dalam suatu situasi, bagaimana kinerja kita dalam pekerjaan, atau seberapa
bahagia kita
dalam suatu pernikahan."
Tes
kepribadian ini
mengklaim bahwa berdasarkan 93 pertanyaan yang diajukan, hasilnya dapat mengelompokkan seluruh orang di dunia ke dalam
16 "tipe kepribadian"
yang berbeda-beda.
Tipe kepribadian itu disinyalir
berfungsi sebagai kerangka acuan
yang kuat untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama, mendorong perubahan
positif, memanfaatkan inovasi, dan mengoptimalkan potensi untuk meraih keunggulan. Sebagian besar
orang menganggapnya sebagai dasar
dan
alat untuk menentukan pilihan karier yang tepat.
Pada kenyataannya tes ini dikembangkan pada tahun
1940-an berdasarkan teori Carl Jung yang sama sekali belum teruji. Bahkan saat
ini teori tersebut sudah tidak lagi digunakan di komunitas-komunitas psikologi.
Carl Jung sendiri memperingatkan bahwa "tipe-tipe kepribadian itu hanyalah
kecenderungan kasar dari apa yang ia amati, bukan sebuah klasifikasi yang absolut”.
Beberapa analisis menunjukkan bahwa tes ini sama sekali tidak efektif untuk
memprediksi kesuksesan seseorang dalam berbagai pekerjaan. Parahnya, 50% peserta
yang mengikuti tes kepribadian ini sebanyak lebih dari satu kali pasti akan
mendapatkan hasil yang berbeda.
Kita mungkin kerap kali mendengar seseorang mengatakan
bahwa mereka adalah seorang ENFJ (ekstrovert intuitive feeling judging), INTP
(introvert intuitive thinking perceiving), atau salah satu dari 16 tipe lain
hasil dari tes kepribadian MBTI. Atau barangkali kita pernah diberikan tes ini
dalam lingkungan profesional, saat perekrutan kerja misalnya. Jika anda belum
pernah melakukannya, maka jangan pernah menjadikan tes ini sebagai acuan untuk
apapun yang akan kita kerjakan.
Berikut adalah penjelasan mengapa label-label yang disematkan
pada tes kepribadian MBTI ini tidak ada artinya. Serta alasan mengapa tidak ada
organisasi di abad ke-21 yang bergantung pada tes ini dalam bidang apapun.
Tes MBTI Bertumpu Pada Teori Yang Sepenuhnya Belum
Terbukti
Pada tahun 1921 Carl Jung menerbitkan buku
Psychological Types. Di dalamnya ia mengemukakan beberapa teori menarik yaitu
tentang bagaimana otak manusia beroperasi. Di antaranya ia menjelaskan bahwa
manusia secara kasar terbagi menjadi dua tipe utama yaitu: penginderaan dan
penilai. Kelompok pertama dibagi lagi menjadi kelompok orang yang lebih
menyukai penginderaan atau apapun yang ditangkap oleh panca indera kita dan
yang kedua adalah kelompok orang yang lebih menyukai intuisi atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan hati dan perasaan. Sementara tipe yang kedua dibagi
menjadi kelompok pemikir dan perasa. Jadi total ada empat tipe manusia dengan.
Keempat tipe tersebut dapat dibagi lagi berdasarkan sikap individu yaitu introvert
dan ekstrovert. Namun, kategori-kategori ini hanyalah perkiraan alias tidak
pasti.
Perlu kita ketahui bahwa kategori kasar ini tidak
dihasilkan dari eksperimen atau data yang terkontrol. "Ini terjadi sebelum
psikologi menjadi ilmu empiris," kata Grant seorang ahli psikologi.
"Jung benar-benar mengarangnya berdasarkan pengalamannya sendiri."
Namun pengaruh Carl Jung pada masa awal ilmu psikologi sangat besar dan gagasan
tentang "tipe kepribadian" ini secara khusus menarik perhatian.
Prinsip-prinsip inilah yang kemudian diadaptasi ke
dalam sebuah tes kepribadian oleh Katherine Briggs dan putrinya Isabel Briggs
Myers, sepasang orang Amerika yang bisa dibilang amatir karena tak memiliki
pelatihan formal di bidang psikologi. Untuk mempelajari teknik pembuatan tes
dan analisis statistik, Briggs bekerja sama dengan Edward Hay, seorang manajer
SDM di sebuah bank di Philadelphia.
Mereka kemudian mulai menguji "Type
Indicator" tersebut pada tahun 1942. Indikator ini menyalin tipe milik Carl
Jung namun sedikit mengubah terminologi dan memodifikasinya. Cara kerjanya
yaitu dengan memberi orang-orang satu
kemungkinan atau kemungkinan lain dari
keempat kategori yang ada berdasarkan serangkaian pertanyaan yang mereka jawab.
Agar terlihat berbeda dan teerkesan baru, mereka menaikkan
dua jumlah kemungkinan di setiap kategori ke pangkat empat dari jumlah kategori
aslinya. Dengan demikian akan didapatkan
16 tipe kepribadian yang berbeda. Myers dan Briggs memberikan judul untuk
masing-masing tipe ini, seperti: The Executive, the Caregiver, the Scientist,
and the Idealist.
Tes ini telah berkembang sangat populer selama
bertahun-tahun terutama sejak diambil alih oleh perusahaan CPP pada tahun 1975.
Sejak awal hingga kini tes ini tidak mengalami perubahan, dengan kata lain kita
akan diberi label empat huruf untuk mewakili hasil yang kita dapatkan di
masing-masing kategori. Berikut contoh label dan kategori kepribadian Myers-Briggs
Sumber: Wikimedia Common |
Tes MBTI Menggunakan Binari Palsu Yang Bias Dan
Terbatas
Jika berbicara tentang sifat dasar seorang manusia,
maka jawabannya akan ada pada titik yang berbeda dalam spektrum apapun. Jika kita
bertanya kepada orang lain apakah mereka cenderung suka berpikir atau merasa? Apakah
mereka lebih suka menilai atau merasakan? Sebagian besar akan menjawab
keduanya. Carl Jung sendiri mengakui hal tersebut, ia mencatat bahwa pilihan
biner adalah cara yang tepat untuk menentukan sebuah karakter. Ia juga menyatakan
bahwa “tidak ada yang namanya orang ekstrovert atau introvert murni. Kalo memang
ada, sudah pasti orang seperti itu akan berada di rumah sakit jiwa."
Keempat kategori dalam Myers-Briggs kerap mengalami
masalah seperti ini, dan para psikolog mengatakan bahwa ini bukanlah cara yang
efektif untuk membedakan berbagai tipe kepribadian. Semua kategori ini
menciptakan dikotomi tertentu, tetapi karakteristik di kedua ujungnya tidak
bergantung satu sama lain atau bahkan tidak berjalan beriringan. Data dari tes
Myers-Briggs sendiri menunjukkan bahwa kebanyakan orang berada di tengah-tengah
antara kategori satu dan yang lainnya hingga akhirnya terjebak dalam salah satu
kategori saja
Inilah sebabnya mengapa beberapa psikolog telah
beralih dari membicarakan “ciri-ciri kepribadian” kearah “kondisi kepribadian”.
Dan juga alasan mengapa sangat sulit sekali menemukan psikolog yang menggunakan
Myers-Briggs untuk mengidentifikasi
pasien.
Ada juga masalah lain yang muncul dari pemberian label
yang sangat terbatas ini. Pada bagan di atas sama sekali tak ditemukan kata-kata
seperti "egois", "malas", atau "kejam". Apa pun
tipe yang kita dapatkan, kita akan mendapatkan deskripsi yang bagus tentang
diri kita sendiri. Contoh: "pemikir", "penampil", atau
"pengasuh".
Ini bukan sebuah tes yang dirancang untuk
mengkategorikan orang secara akurat, melainkan tes yang dirancang untuk membuat
mereka merasa senang setelah menerima hasilnya. Inilah salah satu alasan
mengapa tes ini bertahan selama bertahun-tahun di dunia, akan tetapi diabaikan
oleh para psikolog.
Hasil Test MBTI Tidak Konsisten Dan Terkesan Tak
Akurat
Secara teoritis, kita sudah pasti akan mendapatkan hasil
dari tes Myers-Briggs. Dengan catatan jika tes ini secara akurat menunjukkan
ujung spektrum mana yang paling dekat dengan kategori tertentu. Masalahnya, hasil
menunjukkan fakta bahwa tes ini terkenal tidak konsisten. Penelitian telah
menemukan bahwa sebanyak 50 persen orang mendapatkan hasil yang berbeda pada
saat mereka mengikuti tes untuk kedua kalinya, meskipun hanya berselang lima
minggu saja.
Hal ini disebabkan karena sifat yang ingin diukur
bukanlah sifat yang secara konsisten melekat pada diri manusia. Manusia adalah
makhluk dinamis yang mempunyai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda dari
waktu ke waktu. Hal itu juga berpengaruh saat kita mngerjakan tes, semua
tergantung pada suasana hati kita. Misalnya, ada pertanyaan yang mengarah pada perasaan
simpati terhadap orang lain atau tidak. Namun, dalam tes ini kerap kali hanya
tersedia pilihan apakah kita "pemikir" atau "perasa". Hal itulah
yang membuatnya rancu karena kita terjebak pada pertanyaan biner tanpa adanya
opsi di antaranya.
Lalu pertanyaannya, jika tes ini terbukti memberikan
hasil yang tidak akurat, mengapa masih banyak orang yang mempercayainya? Alasan
yang paling masuk akal adalah karena tes ini memberikan hasil yang samar
sehingga kita bisa menyugesti mana karakter yang baik sesuai kehendak kita.
Hal ini disebut efek Forer, yaitu konsep yang telah
lama digunakan oleh para penyebar astrologi, peramal, dan jenis pseudosains
lainnya untuk meyakinkan orang bahwa mereka memiliki informasi yang akurat
tentang diri mereka.
Tes MBTI Tak Dianggap Di Kalangan Ahli Psikologi
Inilah sebabnya mengapa para psikolog hanya berfokus
pada pemahaman dan analisis tentang perilaku manusia. Hampir seluruhnya telah
mengabaikan tes MBTI dalam penelitian kontemporer.
Untuk membuktikannya, coba anda cari jurnal psikologi
terkemuka dari mana pun yang menganalisis tes kepribadian. Maka anda akan menemukan
konsep baru tentang sistem yang telah dikembangkan dalam beberapa dekade silam,
konsep ini jelas-jelas berbeda dari tes MBTI. Hampir tidak ada jurnal psikologi
besar yang menerbitkan penelitian tentang tes MBTI ini. Jika anda kebetulan menemukan
jurnal analisis tentang tes MBTI, bisa dipastikan semuanya berasal dari media yang meragukan
seperti The Journal of Psychological Type. Jurnal yang dikhususkan untuk
mendukung tes MBTI ini.
CPP perusahaan yang menerbitkan tes MBTI memiliki tiga
psikolog terkemuka di dewan direksi mereka, namun tidak ada satu pun dari
mereka yang menggunakannya dalam penelitiannya. "Tes ini akan
dipertanyakan oleh rekan-rekan akademis saya," Carl Thoresen, seorang
psikolog Stanford dan anggota dewan CPP saat diwawancarai Washington Post pada
tahun 2012.
Jadi Apa Fungsi Sebenarnya Dari Test MBTI Ini?
Tes MBTI sejauh ini hanya berguna untuk satu hal:
yaitu “Hiburan”. Sama sekali tidak ada yang salah dengan mengikuti tes ini
sebagai aktivitas yang menyenangkan layaknya menjawab kuis cerdas cermat di
platform online.
Tetapi ada yang salah dengan CPP, perusahaan yang menaungi
MBTI. Mereka yang memasarkan dan membangun opini bahwa tes ini "dapat
diandalkan dan valid, serta didukung oleh penelitian dan pengembangan global
yang berlangsung hingga saat ini." Perusahaan ini menghasilkan sekitar $20
juta per tahun, dengan MBTI sebagai produk andalannya. Perusahaan ini
mengenakan biaya antara $15 dan $40 untuk setiap orang yang ingin mengikuti
tes, dan $1.700 untuk setiap orang yang ingin menjadi administrator tes
bersertifikat.
Pada tahun 2015 ribuan psikolog profesional telah
mengevaluasi MBTI setelah satu abad tes ini diciptakan. Mereka menemukan bahwa
tes ini tidak akurat, sewenang-wenang, dan merancang sistem rancu untuk
mengevaluasi kepribadian. Mereka menyerukan untuk ramai-ramai berhenti
menggunakan tes usang ini. “mempercayai tes ini sama saja menganggap valid
ramalan astrologi anda”.
Posting Komentar untuk "Menakar Ketidakakuratan Tes Kepribadian MBTI"